Ritual 1 (satu) Syuro Tugu Soeharto Semarang : Antara Mitos, Mistis dan Syirik


Cuaca mendung menyelimuti Kota Semarang sore itu. Sore yang bertepatan dengan pergantian tahun baru hijriyah atau tahun baru islam. Pergantian dari tanggal 29 Dzulhijah 1433 H ke tanggal 1 Muharam 1434 H. Tepatnya hari rabu sore tanggal 14 November 2012.

Ada obrolan hangat yang kadang bernada kencang, tapi masih dalam bingkai kekeluargaan, obrolan itu terdengar dari sebuah warung kucingan depan kantor. Selepas jam kantor berakhir, sayapun merapat ke warung kucingan tersebut. Saya suka sama gorengannya, harga masih 500 perak dengan ukuran yang lebih besar dari penjual lainnya.
Obrolan hangat itu ternyata tidak lepas juga dari suasana pergantian tahun baru hijriyah. Orang-orang diwarung tersebut ada yang pro dan ada yang kontra dalam menanggapi ritual 1 (satu) syuro didaerahnya (Kelurahan Sampangan Kota Semarang). Di daerah tersebut ada sebuah tugu yang dibangun oleh Presiden RI ke-2 yang menjadi topik diskusinya.

Sejarah Tugu Soeharta Semarang

Menurut Sejarah, bermula ketika Mayor Soeharto saat bertugas di Semarang. Suatu ketika ia dikejar oleh tentara Belanda. Untuk menghindari kejaran tersebut, ia terjun ke sungai banjir kanal yang saat ini masuk dalam Kel. Sampangan. Setelah merasa aman dari kejaran belanda, iapun merapat ke tepi sungai dan mengambil nafas sambil menancapkan tongkatnya di daerah tersebut. Untuk mengingat kejadian tersebut, semasa menjadi Presiden, bliau berkunjung ke Semarang dan membangun Tugu di tempat yang dulu ia pernah menancapkan tongkatnya. Dan tugu tersebut sekarang dikenal dengan nama Tugu Soeharto.

Saya berprasangka baik pada Bapak Soeharto, tujuan ia membangun tugu karena ia ingin lebih mudah mengenali tempat yang menjadi kenangannya, tidak untuk tujuan lain. Karena berdasarkan hasil diskusi dengan penduduk asli daerah tersebut, tidak ada yang bercerita bahwa Pak Soeharto melakukan ritual apapun ditempat tersebut. Dia berendam di sungaipun karena terpaksa untuk menghindari kejaran Belanda. Tidak ada maksud apa-apa. Tapi ada salah penafsian dari sebagain penduduk sekitar yang mengartikan bahwa berendamnya bliau didaerah tersebut merupakan salah satu ritual yang harus dilestarikan (dikeramatkan) dan dijadikan tradisi. Tradisi ini bisa dibilang tradisi yang menyimpang. Kalau hanya berniat berendam saja tidak masalah. Tapi ada maksud lain dari berendamnya yang bisa jatuh kepada kesyirikan.

Masyarakat daerah sekitar memang ada yg menpercayai ada yang tidak jika melakukan apa yang dilakuakan Pak Soeharto dulu (berendam didaerah tersebut) bisa memudahkan jodohnya, di entengkan rezekinya dan dijauhkan dari kesialan yang sering menimpanya. Perbedaan itulah yang menjadi obrolan diwarung itu menjadi ramai dan serius.

Hasil diskusi dengan penduduk asli sekitar tidak ditemukan pernyatan bahwa, peristiwa berendamnya bapak Soeharto di sungai ataupun pembangunan tugu soeharto dilakukan pada 1 syuro ataupun pada bulan muharam. Itu hanya mitos dan rekayasa segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Bisa jadi ada oknum tertentu yang mempolitisasi agar menjadi penghasilan tahunannya atau karena ia mengagumi Soeharto dan berusaha mencotoh perbuatan Soeharto didaerah tersebut tapi dengan pemahaman yang salah kaprah, sehingga kesalahannya diikuti orang lain dan menjadi dosa yang dilakukan terus menerus secara.

"Barangsiapa yang menyeru orang lain pada kesesatan (tradisi buruk), maka dia akan menanggung dosa sebagaimana dosa yang dilakukan oleh orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang mengikutinya." (HR Muslim).

Beda Lokasi Beda Tradisi itu mungkin kata yang tepat untuk menjawab adanya perbedaan perayaan disetiap peringatan awal tahun baru hijriyah (1 Syuro). Perayaan 1 Syuro bukan hanya di Semarang tapi juga di beberapa daerah di Indonesia lainnya. Ada yang positif dan ada yang negatif. Meskipun berada didaerah yang sama, bentuk perayaannyapun bisa berbeda, ada yang wayangan, ada larung laut, ada yang tirakatan, ada yang pengajian, ada yang i’tikaf atau mabit secara islami atau no islami serta banyak lagi macamnya. Sebagian orang jawa mempercayai ada kekuatan mistis yang bisa mendatangkan kebaikan jika melakukan ritual-ritual tertentu di malam tersebut. Entah apa dasar/ dalil yang mereka gunakan. Entah siapa yang memulainya  maka hadist diatas berlaku bagi yang memulai perayaan satu muharam dengan perayaan yang menyimpang (tidak baik).

Lalu Bagaimana Islam memandang Perayaan tersebut

Tak ada orang yang mengingnkan dosa, semuanya menginginkan kebaikan. Tapi kadang karena ketidaktahuannya atau ketidaksabaranya maka ia memilih berfikir pragmatis dan mencari jalan yang menurut mereka jalan itu adalah jalan pintas. Jalan pintas itu biasanya hanya terlintas pada orang-orang yang putus asa dan sudah tidak mempercayai kehendak Allah, yaitu orang yang pesimis dengan rizkinya, jodohnya dan tidak tahan dengan permasalahan padahal itu semua sudah ditentukan Allah swt. 

Rasulallah saw bersabda “Ketika seseorang berada dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging.  Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan jalan hidupnya.” (H.R. Bukhari Muslim)

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Huud:6)

Binatang yang tak berakal saja bisa hidup mendapat rizeki dan kebahagiaan, tapi kenapa manusia yang di karuniai akal dan fikiran pesimis dengan kehendak Allah swt. Tentunya tidak terlepas dari ikhtiar, tawakal dan doa kita sebagai seoranghamba kepada Allah swt. Karena segala sesuatumya itu tidak instan, tapi butuh proses. Hasil kerja keras (proses) itulah yang akan menjadi penghargaan tersendiri begitu juga penghargaan bagi Yang maha mPemberi. Karena proses tersebutlah yang mengantarkan kita berada pada kondisi yang seperti sekarang ini.

" Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang ada pada diri mereka " (QS. Ar-Ra’du : 11)

Tapi ketika usah (ikhtiar), tawakal dan doa kita sudah maksimal dan tidak ada perubahan maka jangan berkecil hati karena Allah punya kehendak lain terhadap kita dan kita tidak tau rencana indah apa yang akan diberikan Allah swt untuk kita. Allah berfirman “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus:107).

“Maka belajarlah menerima kenyataan danoptimis menyambut takdir Allah yang masih misteri yang kadang tidak seperti yang kita harapkan. Allah swt menegaskan dalam firmannya : “Boleh jadi engkau membenci sesuatu pada hal ia amat baik bagimu, dan bias jadi engkau menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS. Al-baqarah : 216)

Ritual satu syuro kebanyakan adalah ritual yang tidak mendatangkan kebaikan dan malah jatuh pada perkara yang batil karena kita masih tidak mempercayai siapa yang menghendaki itu semua dan seolah kita mencari tandingan Allah yang bisa ngasih lebih kepada kita daripada apa yang Allah swt berikan.

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah’. Katakanlah, ‘Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).” (Q.S : Yunus:18)

“Barangsiapa yang mendatangi ‘arraf (dukun, ahli nujum, tukang ramal dan sejenisnya, tempat mistis), kemudian bertanya sesuatu kepadanya, tak akan diterima shalatnya selama empatpuluh hari.” (HR. Muslim, Kitabus Salam, Bab Tahrimul Kahanah wa Ityanil Kuhhan, no. 4137)

Karena sejatinya Allah telah menghalalkan kebaikan bagi kita dan mengharamkan keburukan bagi kita, tingal kita menggunakan akal sehat kita untuk bisa lebih produktif dan bermanfaat dalam melakukan sesuatu hal, tidak asal ikut-ikutan.

“Dan Dia (Allah) telah menghalalkan bagi kamu segala yang baik-baik dan mengharamkan ke atas kamu segala yang buruk-buruk.” (Q.S Al-Aaraf :157)

Permintaan-permintaan kita yang kita ucapkan dalam hati atau lisan ditempat ritual tersebut dengan maksud pengharapan yang lain selain Allah maka akan menjerumuskan kita kepada kesyirikan , dan dosa syirik adalah dosa yang tidak diampuni dan menghapus amalan kebaikan kita.

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. Al-Nisa': 48) 

“Jika kamu melakukan kesyirikan, niscaya amalmu akan terhapus.” (Az-Zumar: 65).
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong.” (Al-Fatihah:5)

“Dan apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah, dan bila kamu meminta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.”  (HR Tirmidzi dan Ahmad)

”Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisaa’ : 97)

Maka sudah sepantasnyalah kita meminta segala hal yang kita inginkan hanya kepada Allah swt, bukan kepada gunung, pohon, dukun atau mendatangi tempat keramat lainnya. 

Allahu’alam bishowab

Post a Comment for "Ritual 1 (satu) Syuro Tugu Soeharto Semarang : Antara Mitos, Mistis dan Syirik"