Karakteristik (ciri) Dakwah Kita
Berbicara tentang dakwah maka kita
dituntut untuk mengerti apa yang kita sampaikan dan kita lakukan, tidak hanya
sekedar teori atau retorika para da’i. Pengetahuan menjadi hal utama dalam dakwah
islamiyah karena pengetahuan itulah yang akan kita tawarkan kepada objek dakwah
kita.
Imam Ghazali berkata: “Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa
yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan
sia- sia (bahkan bisa juga
celaka).” Saya yakin semuanya memiliki ilmu tetapi kadarnya saja yang
berbeda beda. Sehingga kewajiban manusia adalah mencari tahu lebih banyak akan
ilmu tersebut. Bukan hanya ilmu dunia, tetapi juga diakhirat, begitu juga
dengan dakwah.
Dakwah yang baik mempunyai karakter dan
ciri yang baik pula. Tentunya semua yang mengatasnamakan dakwah isalamiyah
wajib berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunah. Imam Hasan Al-Bana merumuskan ciri
gerakan dakwah islamiyah memiliki beberapa karakter yang membedakannya dengan
dakwah-dakwah yang lain, yaitu;
1. Rabbaniyah, artinya bersumber pada (dari) wahyu Allah swt.
Landasan utama yang dipakai
oleh seorang da’i adalah Alquran dan Assunah. Karena landasan tersebut
merupakan landasan tertinggi bagi umat islam. Ketika ada hadist yang
bertentangan dengan nash Al-Qur’an maka
wajib kita menolak hadist tersebut.
2. Wasathiyah, artinya tengah –tengah atau tawazun (seimbang)
Pertengahan berati
berada di antara dua belah pihak. Kita mencampur dengan mereka tetapi kita
tidak melebur. Kita tidak terlalu ekstrim dan kita terlalau lemah. Posisi tengah
biasanya menjadi pengatur. Penengah merupakan rujukan banyak orang dan menjadi
pertimbangan dalam sebuah keputusan tentunya bersumberkan Al Quran dan
ditafsirkan oleh sunnah Rasulullah saw membawa pesan pelaksanaan kebaikan yang
terbaik dengan benar dan istiqamah serta meninggalkan segala kemunkaran dan
mencegahnya secara hikmah.
3. Ijabiyah, artinya positif dalam memandang alam , kehidupan dan manusia
Berfikir positif dengan
keadaan, Allah menciptakan sesuatu tentu dengan perimbsngsn yang matang dan
terencana, tergantung bagaimana seorang hamba menyikapi hal ini. Tidak memandang
yang remeh dan tidak membesar besarkan perkarla yang sepele. MAsnusia merupakan makhluk social sehingga
wajib berinteraksi dan mengetahui kondisi sekitar, jika ada yang salah, bukan
hanya dengan retorika tetapi dengan aksi nyata.
4. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu dan masyarakat.
Keputusan yang diambil
tentunya dengan melihat segala aspek yang ada. Kita tidak bisa menyamaratakan
semua komponen masyarakat. Kita hidup dijaman apa, dan seberapa intelekah orang yang kita
dakwahi. Bukan kah rasul ketika memberi nasehat pada sahabat disesuaikan dengan
keadaannya?
5. Akhlakiyah, syarat dengan nilai kebenaran. Baik dalam sarana maupun tujuan
Akhlak merupakan
perbuatan yang spontan tanpa dibuat buat. Akhlak terpuji wajib dimiliki para da’i.
baik dia sendir ataupun dia bersama komunitas yang lain. Begitu juga dengan
dakwah, aktifitas yang kita tawarkan adalah aktifitas yang telah terinternal
dalam diri kita, buka kamuflase belaka.
6. Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya
Universal, meyangkut
segala aspek kehidupan, penyempurna ajaran terdahulu dan aplikatif diterapkan
hingga akhir zaman, tidak membeda-bedakan atau menyekat nyekat persoalan. Baik itu
politik, social. Budaya. Pertahanan. Kemanan dan pengetahuan serta agama.
7. ‘Alamiyah, bersifat mendunia
Umat islam itu adalah
umat yang satu. Islam juga agama yang satu sehingga kita berdasar pada kesatuan
akidah yang mendunia bukan hanya nasionalisme daerah atau Negara. Dimana ada
seorang yang mengucap syahadat maka itu bumi islam.
8. Syuriyah,
artinya berpijak diatas prinsip musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya.
Makhluk social adalah
makhluk yang bermusyarokah, tentunya untuk kepentingan golongan. Pandangan beberapa
pemikiran (kepala) akan lebih rasional dari pada pandangan personal. Sehingga timbal
balik antar sesame semakin tergalakan dan perpecahan semakin dihindarkan.
9. Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani menghalang-halangi islam, dan mencegah tersebarnya dakwah.
Islam itu indah, islam
itu damai, Islam memerangi dalam rangka untuk mempertahankan diri jika diserang
bukan mengawali peperangan. Jika permintaan kami yg sudah disampaikan dengan
mauizah hasanah tidak diindahkan, maka adakalanya kami juga bias main
kekerasan,. Tapi itu adalah pilihan terakhir. Selama jalur negosiasi bias dilakukan
kenapa tidak dimaksimalkan?
10. Salafiyah , artinya menjaga orisinilitas dalam pemahaman dan akidah
Dakwah kita dakwah yang
murni, aqidah yang lurus ibadah yang benar dan akhlaq yang terpuji. Sehingga perbuatan
dai hendaknya mencontohkan apa yang rasul ajarkan.
Inlah dakwah kita dengan segala
karakternya yang yang membedakan dengan dakwah-dakwah yang lainnya.
Sesungguhnya dia merupakan dakwah (seruan) Allah. Karena dakwah itu sendiri
adalah aktifitas menyeru manusia kepada agama yang telah diturunkan dan
diridhaoi Allah untuk seluruh alam semesta, dan ajaran-ajarannya telah
diturunkan oleh Allah sebagai wahyu atas Rasul-Nya.
Allah swt memelihara dakwah itu dan
Allah juga akan memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan dakwah itu kepada
seluruh manusia. Sesunguhnya seorang dai bertugas untuk mengajak seluruh manusia
baik yang muslim ataupn nonmuslim untuk memahami islam dan mengamalkannya serta
menegakkan syariatnya dimuka bumi agar
manusia meraih kebahagiaan didunia dan mendapat kenikmatan yang kekal di
akhirat-Nya. Sehingga ini semua menuntut seorang dai untuk menjelaskan,
menguraikan, dan merinci dengan mengambil keteladanan pada Rasulullah saw.
“Serulah manusia kepada
jalan Rabbmu dengan hikmah dan mau’izah hasanah dan bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik.” (An-Nahl ; 125)
Imam Al-‘Aini mengatakan, “ Hikmah itu adalah ilmu yang mendalam dan
menyakinkan, mengajarakannnya adalah kesempuranaan ilmu dan metutuskan suatu
permasalahan dengannya adalah kesempurnaan amal”, beliau juga berkata
bahwa, “Hikmah memerlukan ilmu yang
mendalam mengenai rahasia kehidupan dan tabiat manusia serta berberbagai kondisi masyarakat”. Allah
swt juga telah memerintahkan kepada kita untuk mempelajari hikmah. Bagaimana tidak,
Allah telah mengutus para rasul dengan hikmah.
“Dialah yang mengutus
kepada kaum yang buta hruf seorang Rasu diantara mereka yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepadamereka, mensucikanmereka dengan mengajarkan kepada mereka
kitab dan hikmah.” (A-Jum’ah : 2)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan
hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikannya kerajaan yang
besar.” (An-Nisa :54)
Alangkah Butuhnya para da’i untuk
mengetahui perjalanan hidup para nabi secara umum dan perjalanan hidup Nabi
Muhammad saw secara khusus, serta perjalanan hidup salafus shalih. Dari mereka
para da’i dapat mengetahui manhaj mereka dan dapat menerapkannya secara hikmah.
Untuk itu suatu keharusan bagi seorang da’i untuk bertanya pada dirinya
(pertama kalinya), kearah mana seharusnya kita mendakwahi manusia. Kemudian disusul
dengan pertanyaan lain, bagaimana cara kita mendakwahi mereka. Agar dengannya
kita bisa merealisasikan dakwah baik secara ilmu maupun penerapan secara
hikmah.
Dengan cara demikian maka seorang da’i
mempunyai kepentingan yang sangat besar untuk mngetahui uslubul ‘iqna
(cara-cara untuk membuat orang puas) dan berbagai metode yamg beraneka ragam
semisal
·
Menyampaikan dengan baik
·
Memilih uslub yang baik
·
Targhib (memberi rangsangan) dalam
kebenaran
·
Menggunakan hikmah dan mauzah hasanah
·
Berdebat dengan cara yang lebih baik
·
Mempertimbangakan situasi dan kondisi
·
Mempergunakan saarana publikasi dan
media moder yang paling baik.
kefahaman
dibutuhkan dalam berdakwah agar manhaj dakwah yang dijalankan para dai
tidak menyimpang dari manhaj Rasullulah SAW. Kefahaman sendiri bersumber
dari ilmu, hal ini yang menjadi penting karena bila seseorang memiliki ghirah
yang tinggi dalam berdakwah tanpa disertai ilmu maka bukannya ia menerangi
objek dakwahnya, tetapi justru dapat mengarahkan mereka kepada kebatilan dan
kesesatan .
Oleh karena
itu imam Al-Bana meletakan syarat al-fahmu pada urutan pertama ketika seorang
dai akan berdakwah. Ada beberapa faktor pendukung keberhasilan dakwah, yaitu :
- Al fahmu ad-daqiq (pemahaman yang rinci)
- Al-iman al-‘amiiq (keimanan yang dalam)
- Al-hubb al-watsiiq (kecintaan yang kokoh)
- Al-wa’yu al-kaamil (kesadaran yang sempurna)
- Al-‘amal al-mutawashil (kerja yang kontinue)
Allahu’alam
bishowab
Post a Comment for "Karakteristik (ciri) Dakwah Kita"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.