Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kultum Ramadhan : Takwa (bagian 2)

Untuk mencapai derajat takwa, ternyata pengorbanannya tidak semahal dengan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kemenangan olimpiade. Cukup dengan apa yang kita miliki tanpa bantuan fasilitas mewah lainnya, sesuai kemampuan finansial dan kemampuan fisik kita.  Memang tidak mudah untuk mencapai derajat takwa, maka dari itu Allah memerintahkan kita
 تَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَا "Maka bertaqwalah kepada Alloh semampu kalian".(QS. At Taghobun : 16) tapi kemampuan ini kemampuan yang maksimal maka dari itu dipertegas oleh Allah  Ta'ala :
 اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ "bertaqwalah kepada Alloh dengan sebenar-benarnya taqwa".(QS. Ali Imron : 102).
Syekh Abdullah Al Azzam pernah memberikan contoh terkait dengan istilah semampunya. Yang merupakan daya upaya yg kita kerjakan sampai Allah sendiri yg menghentikannya.
Suatu ketika sang syekh ditanya oleh seorang muridnya. Ya syekh apa yang dimaksud dengan semampumu (mastato’tum). Syekh pun membawa muridnya kelapangan dan meminta mereka mengelilingi lapanagan semampu mereka. Startnya sama tapi finish dan jumlah putaran masing masing berbeda. Ada yang 3 kali putaran sudah kecapean dan menyerah ada yang lebih dari itu. Setelah muridnya sudah menepi untuk istirahat syekh pun gantian berlari. Para muridpun kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua lari mengelilingi lapangan, mereka berupaya menahan apa yang akan dilakukan syekh tapi tidak berhasil. Sang murid sudah melihat muka syeknya pucat pasi tanda kelelahan tapi sang murid hanya bisa berteriak dan memohon “ya syekh cukup, saya tidak tega melihat yang syekh lakukan. Saya takut terjadi apa-apa sama syekh. Hentikan syekh.” Tapi syekh abdullah al-azzam terus berlari dan pada akhirnya syekhpun jatuh pingsan. Para muridnya tambah panik dan berusaha membuat syekh abdullah al-azzam terbangun. Bliuapun akhirnya siuman dan sadar. Bliau langsung mengatakan. “Inilah yang dinamakan semampu kita (mastato’tum). Kita berusaha maksimal sampai Allah sendiri yang akan menghentikan perjuanangan kita”
Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan. Saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”


Allahu 'alam bishowab
baca juga 
Kultum Ramadhan : Takwa (bagian 1) dan keutamaan taqwa

Post a Comment for "Kultum Ramadhan : Takwa (bagian 2)"