Halaqoh Produktif (Muntijah)



Halaqoh (lingkaran ; dibaca melingkar) merupakan aktifitas pekanan yang dijalani oleh orang-orang yang mempunyai itikad baik untuk memperbaiki diri dan lingkungannya. Bukan semata-mata untuk kesolehan pribadi. Tapi kesolehan itu juga harapannya bisa ditularkan kepada orang lain (masyarakat sekitar). Sehingga izzah (kehormatan) islam kembali menggema seantero jagat raya. Dimana islam menjadi soko guru peradaban.

Banyak hal yang mempengaruhi produktifitas dalam aktifitas pekanan ini (halaqoh), salah satunya kita harus bisa menyesuaikan dan memberikan solusi pada setiap dinamika yang terjadi. Tegas mana yang tsawabit (asasi) dan mana yang mutaghoyirot (bisa menyesuaikan). Memang sulit untuk menjadi produktif. Sehingga banyak juga kelompok yang terbentuk bubar ditengah jalan. Entah itu yang megang murabbi senior ataupun murabbi pemula. Untuk itu perlu proses dan kesungguhan yang dilakukan murabbi (pementor/ musyrif) ataupun mutarabbi (mentee). 

Keberjalanan halaqah pasti ada dinamika didalamnya. Ketika tidak mengikuti dinamika maka tak salah jika mereka menjauh dari lingkaran tersebut. Karna terlalu monoton dan terkesan diktator. Tak ayal peserta halaqoh hanya meyempatkan hadir di saat diskusi pasca materi. Sehingga tidak mendapatkan sari pati konten perbaikan diri.

Kualitas penyampaian materi dipengaruhi oleh apa yang dibaca, didengar dan dilakukan. Belajar (menuntut ilmu) yang utama adalah dengan adanya guru bukan dengan buku. Buku menjadi refrensi tambahan dan kontennya bisa didiskusikan dengan guru jika ada konten yang memerlukan penjealasan.

Berbicara halaqoh produktif maka harus ada saling pengertian antara murabbi dan mutarobbi. Tidak hanya mementingkan keinginan sepihak. Mutarabbi kadang menginginkan murabbi yang ideal menurut versi mereka masing-masing dan murabbi menginginkan mutarabbinya partisipasi aktif (beramal) dan menghasilkan perubahan tetapi suplemennya hanya mengandalkan aktifitas halaqoh saja, tanpa ada treatment lainnya. Meskipun treatment itu ada, entah dilaksanakan atau tidak. Hafalan pun tak kunjung nambah, tatsqifpun jarang hadir juga, manhaj tugas baca (mantuba) hanya baca resum dibelakang cover bukunya saja, serta treatment lainnya. Setelah pertemuan halaqoh selesai maka selesai sudah interaksi sang murabbi dengan mutarabbi dengan alasan kerja atau kuliah atau dakwah. Pertemuan sebatas halaqoh mana mungkin bisa menghasilkan perubahan yg maksimal. 

Halaqoh Muntijah kadang bisa berjalan jika mereka merasa ada kecocokan atau kesamaan (umur, pekerjaan, hobi dll) dengan teman seperjuangan di lingkarannya, meskipun dengan menerapkan rukun halaqoh jika ada ketidak cocokan seharusnya sudah selesai. Tapi memabangun rukun tersebut ternyata tidak semudah teorinya, karena membutuhkan saling pengertian antara anggotanya. Bukan hanya sekedar kita ingin dimengerti tapi kita juga berusaha mengerti orang lian.

Banyak kasus, Terkadang secara tidak sadar penasaran (keingintahuan) kita mencari tahu kondisi seseorang bukan untuk mencari solusi baginya tapi hanya menggali kondisinya untuk bahan gunjingan (ngrasani) tanpa ada itikad menyimpan rahasianya dan memberi solusi untuknya.

Halaqoh Muntijah bisa jadi merupakan halaqoh yang mampu mengantarkan kader kegerbang didepannya dengan melihat masa tarbiyah sesuai dengan manhaj dan atau mempunyai Adho’ yang Aktif dan bersemangat dalam aktifitas dakwah dan tarbiyah.

Kaderisasi sangat menjadi tumpuan dalam sebuah organisasi. Semua menginginkan ada penambahan jumlah dan kuantitas dalam tubuh jamaah. Sehingga bagaimana halaqoh yang sedang berjalan bisa menghasilkan orang-orang baru yang siap berjuang bersama (berjamaah) untuk mengembalikan islam menjadi soko guru peradaban.

Halaqoh muntijah juga halaqoh yang dimana adhonya (mutarabbinya terlibat dalam proses perbaikan diri dan lingkungan (aktifitas dakwah) dimaa adho tersebut berada (tempat terdekat/ kesehariannya).

Hanya pendapat pribadi dan sadar diri ini masih banyak kekurangannya.
Allahu a’lam bishowab.

Post a Comment for "Halaqoh Produktif (Muntijah)"