Problematika Penerapan Syariat Islam dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebenarnya tulisan ini dibuat untuk memenuhi permintaan penerbitan artikel Problematika Penerapan Ekonomi (syariah) Islam dalam kehidupan Sehari-hari. Tapi bagi saya pribadi, problematika penerapan syariat itu bukan hanya pada aspek ekonomi, tapi juga pada aspek lainnya.

Problematika yang dimaksud bukan ingin menyudutkan atau menegaskan bahwa islam itu sulit, yang berdampak pada penerapan syariat islam yang sebagian orang bilang terlihat tidak realistis.

Tapi problem itu muncul karena keengganan kita (saya pribadi) dalam mempelajari dan mendalami apa-apa yang sudah disyariatkan. Sehingga ketidaktahuan tersebut mengakibatkan banyak problem atau kebingungan saat menerapkan syariat islam dalam kehidupan sehari-hari.

Saya masih meyakini bahwa Islam itu agama yang mudah lagi fitrah. Tetapi kemudahan itu hanya diberikan kepada orang yang telah Allah kehendaki (diberi hidayah).

Hidayah diberikan bukan kepada sembarang orang. Hidayah diberikan kepada orang-orang yang terpilih, baik dengan ikhtiar ataupun Allah memberikan hak prerogatif Nya kepada seseorang. Secara kuantitas, orang-orang yang mendapat hidayah Allah itu jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan banyaknya manusia yang menghuni bumi Allah ini.

Bersyukurlah orang-orang yang mendapat hidayah Allah. Kitapun senantiasa berdoa agar Allah senantiasa memberikan hidayah itu kepada kita, tanpa mengurangi hidayah yang sudah diberikan sedikitpun dan sebisa mungkin kita berdoa agar nikmat atau hidayah lainnya segera Allah persembahkan untuk kita.

Benarkah syariat itu sulit?
Coba tengok di masjid-masjid, berapa banyak orang yang sholat berjamaah dibandingkan orang yang shalat dirumah atau bahkan dengan orang yang tidak mendirikan shalat?! Apakah shalat itu sulit?

Coba tengok kesadaran orang berzakat dari pada berpajak. Padahal membayar zakat tidak perlu ambil nomor antrian dan mangantri panjang seperti membayar pajak. Bayar zakatpun hanya setahun sekali jika sudah memenuhi nisab dan haul-nya.

Coba tengok kesadaran muslimah untuk berhijab, seberat itukah perintah untuk berhijab? Tak sedikit juga yang berkelit karena merasa belum siap ataupun belum pantas.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]

Sumber: https://almanhaj.or.id/2219-islam-adalah-agama-yang-mudah.html
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]

Sumber: https://almanhaj.or.id/2219-islam-adalah-agama-yang-mudah.html
Coba perhatikan dibulan ramadan besok, apakah semua orang islam menjalankan ibadah puasa? Meskipun seruan ini hanya untuk orang yang beriman saja, bukan untuk semua orang islam. Tingkatan orang beriman lebih tinggi dari pada sekedar berislam. Tapi apakah semua yang bersyahadat tidak mengakui dirinya sebagai mukmin?!

Tentu lain lagi jika yang tidak berpuasa itu termasuk orang yang diberikan keringanan berpuasa berdasarkan kitabullah. Padahal Allah meminta 1 bulan saja dari 12 bulan yang diberikan.

Coba tengok, siapa yang gigih ingin berhaji. Apakah itu orang-orang yang mampun dan beruang?  Atau justru yang penghasilannya pas pasan? Tidak sedikit orang yang penghasilan puluhan juta belum melaksanakan ibadah haji. Apakah itu sulit bagi mereka?

Sahabat, orang-orang yang belum menjalankan syariat seperti diatas bisa jadi bukan karena ia menyepelekan atau tidak mau melaksanakan, tapi karena kurangnya pemahaman serta belum diberikan kesempatan untuk mengerjakannya atau belum terpenuhinya keadaan yang mewajibkan saya atau seseorang untuk menjalankan  syariat yang Allah tetapkan.

Atau jika spesifik ke ekonomi syariah, perkara riba itu jelas hukumnya, tapi apakah semua orang sudah meninggalkannya?

Beasiswa LPDP saja yang kita tahu dananya dari mana, apakah boleh untuk kita konsumsi sebagai bentuk beasiswa prestatsi atau beasiswa lainnya?

Beasiswa dari perusahaan rokok atau perusahaan asuransi yang kita juga tahu itu hasil dananya dari mana apakah sudah semua orang meninggalkan?

Bisnis MLM yang katanya  islami serta didirikan dengan tujuan baik, jika terbukti memiliki unsur yang 'dilarang' tentu harus kita jauhi.

BPJS dengan segala pro-kontranya tentu akan ditinggalkan jika benar akan didirikan BPJS syariah oleh pemerintah.

Orang yang mengalami problematika diatas kadang hanya mengambil sisi besar kemaslahatan, atau karena keterbatasan kemampuan sehingga hanya bisa mengingkari dalam hati jika ia mengambil bagian dari apa yang masih subhat terhadapnya. 

Terkait hidayah, terkadang kita sendiri yang membuat hidayah itu jauh dari kita, dengan perbuatan-perbuatan buruk yang kita lakukan tanpa diiringi dengan rasa bersalah atau memohon ampun (istighfar).

“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]

“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan (kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.” [HR. BUKHARI]

Sehingga sebagai bahan renungan pribadi, kesulitan atau keberatan akan syariat atau perintah Allah dalam aspek manapun hanya akan dirasakan oleh orang-orang sebagai berikut :

1. Kurang dekat atau kurang mempelajari islam itu sendiri. Apalagi fenomena hari ini ilmu dunia lebih prioritas dicari tanpa menyisihkan alokasi waktu untuk mempelajari ilmu islam sebagai bekal hari akhir kelak.

2. Mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu, hanya akan menganggap mudah apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya serta makin malas atau makin jauh dengan apa apa yang sejatinya menjadi hal utama untuk dikerjakan.

3. Banyak berbuat dosa dan maksiyat, sebab dosa dan maksiyat menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan dan selalu merasa berat untuk melakukannya. Dan menutupi hidayah yang akan Allah turunkan kepada hamba Nya.

4. Orang yang lebih nyaman dan condong mengikuti agama nenek moyang dan mengikuti banyaknya pendapat orang, bukan kebenaran sumber atau dalilnya.

5. Dalam posisi sulit atau dalam keadaan tertekan karena suatu keadaan tertentu yang memilihnya terpaksa melakukan perbuatan yang melanggar syariat dengan hati yang berat.
 
Saya pribadi bukanlah orang yang sempurna yang telah patuh menjalankan semua perintah berdasarkan syariat. Tapi tak mengapa jika kita mengutarakan hal ini dalam rangka saling menasehati, karena sejatinya agama itu adalah nasihat.

Seperti halnya pesan yang disampaikan oleh Hasan al Basri dalam suatu kesempatan ia berkata :

"Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasehati kalian. Tapi bukan berarti akulah orang terbaik di antara kalian. Bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sesungguhnya akupun telah melampui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup menggerakannya dengan sempurna. Tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam mentaati perintah Rabbnya.
Andai kata seorang muslim tidak memberi nasehat kepada saudara, kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan pernah ada orang pemberi nasehat."

Semoga kita dipermudah untuk mempelajari serta mengamalkan syariat islam yang sejatinya harus kita jalankan. Allahu a'lam bishowab.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]

Sumber: https://almanhaj.or.id/2219-islam-adalah-agama-yang-mudah.html

Post a Comment for "Problematika Penerapan Syariat Islam dalam Kehidupan Sehari-hari"