Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ikhtiar Menyambut Buah Hati 10 : Detik-Detik Melahirkan, Selamat Datang Putri Kecilku


Hari ini, 12 Oktober 2016 genap sudah putri kecilku berusia 1 (satu) tahun. Satu tahun yang lalu, makhluk kecil nan cantik itu hadir membersamai kami, kehadirannya menjadi pelengkap keluarga Heri Heryanto. Putri kecil yang lahir atas perjuangan seorang wanita cantik, yang dengan sabar berjuang menanggung dan menjalani kesusah-payahan saat mengandung dan melahirkan.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15) 

Baca Ikhtiar Menyambut Buah Hati 9 -Detik-Detik Melahirkan, Begini Rasanya Persalinan 

Kepayahan yang dirasakan istri semakin meningkat, seminggu sebelum si kecil lahir. Tapi disisi lain, ini adalah pertanda, dimana berita gembira itu segera datang. Pembukaan pertama yang berlangsung berhari-hari tak ayal membuat panik keluar besar lainnya. Ditambah ini adalah pengalaman baru dikeluarga besar, karena jaman dulu, saat ibu melahirkan anak-anaknya, tidak ada drama mules berhari-hari. Memang sih, semakin kesini, semakin banyak problem yang dialami, lebih memerlukan kesabaran ekstra dan memerlukan teknologi yang lebih canggih serta penanganan dokter yang dianggap sudah mempunyai spesialisasi.

Setelah 4 hari menahan tanda-tanda itu, akhirnya diputuskan untuk menggunakan obat pemacu (induksi). Dengan risiko harus menanggung sakit yang lebih dahsyat katanya. Mencoba tenang ditengah erangan dan teriakan kesakitan itu tidaklah mudah, tapi harus diusahakan.

Setelah hampir 9 jam proses induksi, pertanda baikpun datang kembali. Rasa ingin mengajan yang tak bisa ditahan itu katanya muncul dan petugas medispun memeriksa apakah itu pertanda siap melahirkan atau hanya mules biasa.

Gurat di dahi tak terlalu mengernyit, senyum simpul sedikit mengembang meski dengan menahan rasa sakit. Wajah pucatnyapun perlahan memerah, saat bidan mengatakan ini sudah komplit. Berati tak lama lagi si kecil itu akan segera keluar dari rahim ibunda dengan tangis kencangnya.

Segera mereka menyiapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan sambil terus memotivasi kepada istri yang masih kepayahan. Petugas medis selalu memotivasi dan memberi aba-aba, terkait apa yang harus dilakukan agar proses melahirkan berjalan baik tanpa kendala seperti bagaimana cara mengejan, posisi kaki yang benar, cara menarik nafas yang benar, posisi mata yang benar, serta instruksi lain yang mempermudah persalinan.

Teori atau materi tersebut sebenarnya sudah dihafal dan dipelajari saat mengikuti kelas kehamilan dan senam kehamilan. Tapi saat tiba waktunya untuk dipraktekkan, semuanya menghilang dari ingatan. Bahkan saat para bidan menyampaikan ulang pun, tidak semua instruksinya bisa diikuti. Rasa sakitlah yang menyebabkan ibu-ibu yang sedang menghadapi persalinan kadang berucap dan bertindak tidak sesuai dengan instruksi.



Dua puluh lima menit waktu saat pembukaan sudah komplit sampai dengan keluarnya sikecil, saat itu bukan waktu proses yang sebentar, apalagi bagi yang baru pertama kali merasakan. Tapi Alhamdulillah, si kecil keluar dengan selamat meski harus diiringi dengan drama-drama yang menegangkan. Tepat pukul pukul 20.56 WIB, si kecil keluar dengan tangisnya yang membuat sekitar tadinya sedih menjadi bahagia. Setelah sedikit di bersihkan, si kecil pun diletakkan di atas perut ibunya yang merupakan proses wajib bagi kami dalam rangka menjalankan proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini).

Kalau bayinya sudah keluar apa sudah tidak merasakan sakit lagi?
Rasa sakit itu ternyata hanya berhenti sementara, Ada rasa sakit lanjutan yang harus dijalani istri saat itu. Karena teknik persalinan yang tidak benar, akibatnyapun harus ditanggung sendiri. Risiko saat itu, Istri harus merasakan jahitan demi jahitan agar robekan saat persalinan bisa tersambung kembali. 

Agar rasa sakit itu tidak terlalu dirasakan, maka fokus komunikasi antara ibu dan bayi perlu dibangun. Kesakitan itu kadang teralihkan oleh kehadiran bayi yang kini sudah berada di dekapannya. Meski sesekali teriakan itu muncul sebagai respon spontan atas proses penjahitan.

Setalah selesai proses jahit menjahit, IMD pun juga selesai. Selagi bundanya di pindahkan dari meja persalinan ke tempat tidur pasien biasa, si kecilpun ditimbang beratnya dan diukur panjang tubuhnya. Setelah menikmati proses seharian yang panjang dan melelahkan, Perut istri harus diisi, karena memang sedari pagi belum banyak makanan yang masuk ke mulutnya. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat yang cukup agar punya tenaga untuk menjalani aktifitas esok harinya.

"Semoga Allah memberkahi keluarga kami dan bayi kami, serta menjadikannya sebagai anak yang berbakti lagi bertaqwa. kamipun bersyukur kepada-Nya dan semoga ia dapat mencapai dewasa dan kami dikaruniai kebaikannya. Semoga Allah SWT juga  memberi balasan yang setimpal atas perjuangan yang ibundanya selama menjalani proses  kehamilan, persalinan dan melahirkan".

Semoga bermanfaat

Artikel terkait : 

Post a Comment for "Ikhtiar Menyambut Buah Hati 10 : Detik-Detik Melahirkan, Selamat Datang Putri Kecilku"